Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Laman

Minggu, 23 Mei 2010

Kasus Pneumonia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
2. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Penyebab pneumonia :
a) Bakteri (streptococus pneumoniae, staphylococus aureus)
b) Virus (Influenza, parainfluenza, adenovirus)
c) Jamur (Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini)
d) Aspirasi (Makanan, cairan, lambung)
e) Inhalasi (Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas)
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh virus sinsisial pernafasan, hantavirus, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus., virus influensa, virus synsitical respiratorik, adenovirus, rubeola, varisella micoplasma (pada anak yang relatif besar, pneumococcus, streptococcus, staphilococcus .pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah virus sinsisial pernafasan, adenovirus,virus parainfluenza dan virus influenza.
3. Patogenesis
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
4. Manisfestasi klinik
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

5. Diagnosis
a. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal Lobar, bronchial) dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial), atau penyebaran atau perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
b. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
d. LED meningkat
e. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun.
f. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
g. Bilirubin meningkat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata laksana terapi pneumonia?
2. Bagaimana cara penggunaan obat pneumonia?
3. Bagaimana cara monitoring terapi pneumonia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tata laksana terapi pneumonia.
2. Untuk mengetahui penggunaan obat pneumonia.
3. Untuk mengetahui monitoring terapi pneumonia.



BAB II
URAIAN KASUS

Baby (18bln, 12 kg) mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi. Riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Heart rate : 164x/menit
RR : 62 x/menit
Suhu : 38°C
Laboratorium :
Leukosit : 22,9 x 103/mm3
LED : 30 mm/jam
Fotothrax : menunjukan abnormalitas
Diagnose : bronkopneumonia dan asma



BAB III
PENYELESAIAN KASUS

A. Subyektif
Baby (18bln, 12 kg) mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi. Riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.

B. Obyektif
Hasil pemeriksaan :
Data fisik Hasil normal
TD 80/60 mmHg <120-<80mm/Hg
HR 164x/menit 60-100x/menit
RR 62x/menit 16-24 x/menit
Suhu 38°C 37,8°C

Laboratorium :
Data Fisik Hasil Normal
Leukosit 22,9 x 103/mm3 >3 x 103/mm 3
LED 30 mm/jam <15mm/jam
Fotothrax Abnormal

Diagnose :
Bronkopneumonia dan asma

C. Assessment
1. Baby mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi.
2. Baby juga mempunyai riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.
3. Baby terdiagnosa bronkopneumonia dan asma
4. Pemilihan obat yang aman bagi balita

A. Plan
1. Non Farmakologi
Dilakukan pencegahan :
a. Hindari pemakaian selimut atau baju yang berbulu
b. Hindari penggunaan tempat tidur berbahan kapuk
c. Hindari pemberian bedak pada wajah terlalu banyak

2. Farmakologi
a. Untuk pengobatan asmanya
Ventolin inhaler
Komposisi : salbutamol sulfate
Pemakaian : 1x puff saat serangan
d. Untuk pengobatan bronkopneumonia
Ampi
Komposisi : ampisillin trihydrate
Dosis : <2th 62,5mg diberikan 4x sehari
e. Untuk pengobatan yang lain
Batuk dan demam : Paratusin syr
Komposisi : per 5 ml sirup noscapine 10 mg, chlorpeniramine maleate 2 mg, gliceryl guayacolate 25 mg, paracetamol 125 mg, succusliq 125 mg, pseudoefedrin HCL 7,5 mg
Imdikasi : flu dengan gejala demam, sakit kepala, pilek, bersin, batuk dan pegal linu
Dosis : 1-6 th 2,5-5 ml 3-4 kali/hari,

B. Informasi penggunaan obat
- Konsumsi ampisillin harus sampai habis
- Penggunaan paratusin hanya diperlukan saja bila
- Penggunaan secara inhaler 1x puff pada saat terjadi serangan
- Penggunaan inhaler harus dengan bantuan keluarga terdekat

C. Monitoring terapi
- Pantau suhu badan pasien
- Pantau makanan
- Pantau obat
- Pantau hasil laboratorium
- Pantau komplikasi
- Pantau kondisi kesadaran pasien
- Pantau jumlah leukosit
- Pantau TD



BAB IV
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit.
1. Tata laksana terapi
- Untuk asma diberikan Ventolin inhaler
- Untuk bronkopnemonia diberikan antibiotik yaitu Ampi
- Untuk demam dan batuk diberikan Paratusin sirup
2. Penggunaan obat
- Ventolin inhaler digunakan pada saat serangan saja 1x puff
- Ampi digunakan 4x sehari
- Paratusin sirup 2,5-5ml 3-4xsehari
3. Monitoring terapi
- Pantau suhu badan pasien
- Pantau makanan
- Pantau obat
- Pantau hasil laboratorium
- Pantau komplikasi
- Pantau kondisi kesadaran pasien
- Pantau jumlah leukosit
- Pantau TD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar