Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Laman

Minggu, 23 Mei 2010

PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

1. MENURUT UNDANG – UNDANG
Yang dari peraturan perundang-undangan adalah terdapat pada :
1. Reglement DVG.
2. Ordonansi Obat Keras (Stbl No 419 Th 1949).
3. Undang – undang No 23 Th 1992 tentang Kesehatan.
4. Undang – undang No 22 Th 1997 tentang Narkotika.
5. Undang – undang No 5 Th 1997 tentang Psikotropika.
6. Permenkes No 922 / 1993.
7. SK. Menkes No 1332/2002 tentang perubahan Permenkes No 922/93.
8. SK. Menkes No 347/1990 dan No 924/1993 tentang DOWA.
9. Peraturan Pemerintah No 20 Th 1962 tentang Sumpah Apoteker.
10. SK. Menkes No 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 tentang Standart Pelayanan di Apotik.
Dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 telah diatur tentang peranan profesi apoteker, yakni pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengem- bangan obat dan obat tradisional.
Keharusan apoteker berada pada sepanjang jam buka apotek telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dinyatakan bahwa orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari obat ke pasien yang mengacu pada pharmaceutical care.
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud pada Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1) yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping.

Dari peraturan perundang-undangan tersebut Peran dan Fungsi Apoteker di Apotik yang melayani langsung pasien adalah sebagai :
- PELAYAN
- MANAJER


Sebagai Pelayan adalah :
1. Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus dan menempatkan obat dalam wadah / bungkus yang cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti.
2. Memberikan informasi / konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga kesehatan masyarakat.
Sebagai Manajer adalah :
- Menyusun prosedur tetap.
- Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di Apotik.

Sebagai Pelayan sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan adalah :
1. Melayani resep dan non resep.
2. Promosi dan edukasi.
3. Pelayanan residensial ( home care ).

1. Sebagai Pelayan Resep melakukan :
a. Skrining / pembacaan resep, melakukan :
- Pemeriksaan persyaratan administrative resep :
a. Nama dokter, alamat, SIP.
b. Tanggal penulisan
c. Paraf / tanda tangan.
d. Nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin, berat badan.
e. Signa ( cara pakai ) yang jelas.
f. Informasi lainnya.
- Kesesuaian farmasetik :
a. Bentuk sediaan.
b. Dosis.
c. Potensi.
d. Stabilitas.
e. Inkomptabilitas.
f. Cara dan lama pemberian.
- Pertimbangan klinis :
a. Alergi.
b. Efek samping.
c. Interaksi.
b. Penyiapan obat ( buat protap – protap )
- Peracikan ( hitung, sediakan, campur, kemas, label )
- Penyerahan obat.
- Pemberian informasi dan konseling.
- Monitoring penggunaan obat ( penyakit CVS, DM, TBC ).
2. Sebagai tenaga Promosi dan Edukasi, melakukan :
a. Swa medikasi ( dengan medication record ).
b. Penyebaran brosur, poster tentang kesehatan.


3. Sebagai tenaga Pelayanan Residensi ( home care ) :
Untuk penyakit kronis ( dengan medication record ).

Sebagai manajer :
- Mengelola sumber daya ( resources ) di Apotik secara efektif dan efisien.
- Membuat prosedur tetap untuk masing – masing pelayanan.

Peran dan Fungsi Apoteker di Rumah Sakit
Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi, memberikan konseling, membantu penderita mencegah dan mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan mengendalikan efek samping obat, menyesuaikan regimen dan dosis obat yang harus dikonsumsi penderita merupakan tugas profesi kefarmasian.
Apoteker juga harus melaksanakan fungsinya sebagai :
 Clinical Pharmacist, harus mendampingi para dokter sebagai sumber informasi mengenai perkembangan baru dalam bidang obat
 harus menjadi counterpart dalam bidang pengobatan dan mengawasi supaya pengobatan yang dilakukan para dokter tetap rasional.
Dan memonitor efek samping yang timbul karena pengobatan
Fungsi pokok apoteker di apotik rumah sakit menurut ASHP (American Society of Hospital Pharmacist) adalah sebagai berikut :
a. Membuat dan mensterilisasi obat injeksi bilamana dibuat di Rumah Sakit
b. Membuat obat yang sederhana
c. Memberikan (dispensing) obat, bahan kimia dan preparat farmasi
d. Mengisi dan memberikan etiket pada semua container yang berisi obat dan diberikan kepada pasien maupun bagian Rumah Sakit
e. Mengawasi semua pharmaceutical supplies yang dikirimkan dan dipergunakan di berbagai bagian Rumah Sakit.
f. Menyediakan persediaan antidot dan lain-lain obat untuk keadaan darurat
g. Mengawasi pengeluaran obat narkotika dan alkohol dan membuat daftar inventory
h. Membuat spesifikasi (kualitas dan sumber) dari pembelian semua obat, bahan kimia, antibiotika, biological dan preparat-preparat yang dipakai dalam pengobatan pasien di Rumah Sakit
i. Memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru berbagai obat kepada para dokter, perawat dan lain-lain orang yang berkepentingan
j. Membantu mengajar para mahasiswa kedokteran dan perawat pada program koasisten fakultas kedokteran/perawat
k. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil oleh panitia Pharmacy and Therapeutic


2. KENYATAAN YANG ADA DI LAPANGAN
Di Indonesia, kenyataan menunjukkan bahwa apoteker sebagai peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam memberikan informasi obat kepada masyarakat belum melaksanakan dengan baik, bahkan dapat disebut kesenjangan ini terlalu lebar. Berdasarkan hasil wawancara di 19 apotek di Jawa beberapa waktu lalu, terungkap bahwa sekitar 50 persen pengunjung belum pernah bertemu dengan apotekernya, dan hanya 5,3 persen apoteker yang memberikan informasi obat kepada pembeli.
Kesenjangan ini memberikan kesan dan citra yang kurang baik bagi profesi apoteker. Masyarakat tentunya merasa sekali kekuranghadiran apoteker dalam setiap melayani langsung kepada pasien. Di mata mereka, sosok apoteker semakin tidak jelas kedudukan spesifiknya. Dan dampak lanjutannya, sedikit banyak masyarakat akan meremehkan peran dan fungsi apoteker di apotek.
Dalam Undang – undang sudah jelas sekali disebutkan bahwa pelayanan obat atas resep dokter dan Pelayanan Informasi Obat merupakan pekerjaan kefarmasian. Namun fakta yang ada di lapangan yaitu Apotik dan Rumah Sakit, seringkali peran farmasis dipertanyakan fungsinya dalam upaya kesehatan pasien. Apoteker seringkali tidak tidak melakukan pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat.

Faktanya di Apotik yang melakukan pelayanan obat atas resep dokter pelayanan informasi obat adalah asisten apoteker atau pegawai apotik yang hanya lulusan smu saja, karena Apoteker tidak datang tiap hari di Apotik melainkan sebulan hanya 1 kali datang ke Apotik dan itu pun hanya beberapa jam.
Umumnya sebagian besar apoteker bukanlah sebagai Pemilik Sarana apotek ( PSA ). Mereka bekerja hanya sebagai penanggung jawab, selebihnya yang berperan aktif adalah PSA. Sehingga bekerja di apotek bukan sebagai pekerjaan pokok tetapi pekerjaan sambilan. Waktu kerja mereka lebih difokuskan dan dicurahkan untuk pekerjaan pokoknya. Maka tak heran bila seorang apoteker bisa bekerja di beberapa tempat atau berwiraswasta. Jam kerja di apotek biasa mereka lakukan setelah waktu kerja pokok mereka selesai
Banyak sekali apoteker yang belum secara utuh menjalankan fungsinya sehingga mengakibatkan masyarakat awam ( pasien ) kurang mengenal profesi Apoteker, bahkan oleh para tenaga kesehatan farmasis/Apoteker masih dipandang sebelah mata. Sementara itu di dalam rumah sakit apoteker masih sedikit atau tidak banyak yang melakukan tugasnya secara utuh kerena kebanyakan rumah sakit masih tenaga apoteker masih sedikit atau di satu rumah sakit hanya ada 1 atau beberapa saja apotekernya dan tidak banyak. Dengan sedikitnya apoteker di rumah sakit, maka apoteker tidak bisa mendampingi pasien dalam penggunaan obat yang baik.



3. TANGGAPAN
Menurut saya bila para farmasis di Indonesia masih tetap mempertahankan sikap dan tingkah lakunya yang sekarang dalam menjalankan keprofesiannya saya yakin, sampai kapanpun keprofesian apoteker akan makin tersisih dalam dunia kesehatan. Apalagi dengan posisi kepala BPOM yang saat ini diduduki oleh dokter, bila para farmasis apoteker masih merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang maka apoteker tidak akan memperoleh eksistensinya di dunia kesehatan. Meskipun dalam hal ini peran para birokrat yang duduk di pemerintahan juga merupakan pengaruh utama mengapa sampai kursi kepala BPOM tersebut bisa sampai diduduki oleh dokter.
Untuk PSA (Pemilik Sarana Apotik) sebagai pemilik modal utama diharapkan untuk memberikan kesempatan dan peluang bagi apoteker untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, khususnya dalam menyampaikan informasi obat kepada masyarakat. Karena keberhasilan strategis bisnis apapun yang dijalankan sangat ditentukan apabila setelah mendapat informasi obat dalam diri pasien tumbuh kepuasan dan keyakinan akan sembuh. Apoteker harus konsisten dengan profesinya dan mampu melakukan kerja yang benar-benar profesional di apotik, tanpa pamrih, bukan seperti apoteker amatiran yang selama ini dilakoni oleh kebanyak teman sejawat kita (seperti apoteker yg kerja rangkap itu) . Apotek Profesi akan selalu kokoh walau diterjang oleh badai apapun termasuk badai Globalisasi. Apoteker harus mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan yang kuat , tidak boleh lemah dan menyerah dengan sedikit saja persaingan yang tidak sehat dalam kancah perperangan bisnis obat.
Dan sebaiknya di sebuah rumah sakit harus ada tenaga apoteker yang lumayan banyak atau minimal tiap poliklinik di rumah sakit memiliki 1 apoteker sehingga apoteker bisa melakukan tugasnya dengan baik dan sesuai perannya di rumah sakit. Apoteker juga harus sering banyak komunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain tentang ilmu kesehatan, pengobatan dan lain – lain, karena dengan itu apoteker bisa dikatakan ada dan tidak dipandang sebelah mata oleh tenaga kesehatan lain.


TUGAS PAPER FARMASI SOSIAL
PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

Oleh :

Rachmawati 050601037

PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2008

Resep Kue Tart

Mau bikin kue tart yang enak....?
disini ada resepnya lho... Mulai dari bahan sampai cara pembuatan lengkap ada disini.
pertama - tama siapkan bahan - bahan yang diperlukan :
- Tepung donan 2 ons
- Mentega 1,5 ons (dicairkan)
- Telur 5 butir (1 buang putih telurnya)
- Ovalet 1 sendok teh
- Vanili 1 pot

Cara pembuatannya :
1. Masukkan telur, ovalet, vanili dalam wadah kemudian dimekser selama 10 menit.
2. Tambahkan tepung kemudian mekser lagi selama 10 menit, matikan.
3. Masukkan mentega cair, aduk - aduk rata hingga menjadi adonan.
4. Kemudian masukkan adonan kedalam cetakan yang sudah dioleskan mentega dan taburi tepung dan dialasi kertas roti.
5. Oven sampai matang (kurang lebih 1/2 jam), keluarkan.
6. Hiasi menurut selera, dan sajikan

SELAMAT MENCOBA dan MENIKMATI

Kasus Pneumonia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
2. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Penyebab pneumonia :
a) Bakteri (streptococus pneumoniae, staphylococus aureus)
b) Virus (Influenza, parainfluenza, adenovirus)
c) Jamur (Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini)
d) Aspirasi (Makanan, cairan, lambung)
e) Inhalasi (Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas)
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh virus sinsisial pernafasan, hantavirus, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus., virus influensa, virus synsitical respiratorik, adenovirus, rubeola, varisella micoplasma (pada anak yang relatif besar, pneumococcus, streptococcus, staphilococcus .pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah virus sinsisial pernafasan, adenovirus,virus parainfluenza dan virus influenza.
3. Patogenesis
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
4. Manisfestasi klinik
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

5. Diagnosis
a. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal Lobar, bronchial) dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial), atau penyebaran atau perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
b. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
d. LED meningkat
e. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun.
f. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
g. Bilirubin meningkat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata laksana terapi pneumonia?
2. Bagaimana cara penggunaan obat pneumonia?
3. Bagaimana cara monitoring terapi pneumonia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tata laksana terapi pneumonia.
2. Untuk mengetahui penggunaan obat pneumonia.
3. Untuk mengetahui monitoring terapi pneumonia.



BAB II
URAIAN KASUS

Baby (18bln, 12 kg) mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi. Riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Heart rate : 164x/menit
RR : 62 x/menit
Suhu : 38°C
Laboratorium :
Leukosit : 22,9 x 103/mm3
LED : 30 mm/jam
Fotothrax : menunjukan abnormalitas
Diagnose : bronkopneumonia dan asma



BAB III
PENYELESAIAN KASUS

A. Subyektif
Baby (18bln, 12 kg) mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi. Riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.

B. Obyektif
Hasil pemeriksaan :
Data fisik Hasil normal
TD 80/60 mmHg <120-<80mm/Hg
HR 164x/menit 60-100x/menit
RR 62x/menit 16-24 x/menit
Suhu 38°C 37,8°C

Laboratorium :
Data Fisik Hasil Normal
Leukosit 22,9 x 103/mm3 >3 x 103/mm 3
LED 30 mm/jam <15mm/jam
Fotothrax Abnormal

Diagnose :
Bronkopneumonia dan asma

C. Assessment
1. Baby mengeluh sesak nafas sejak 5 hari lalu, disertai batuk berdahak dan pilek. Kemudian panas langsung tinggi.
2. Baby juga mempunyai riwayat penyakit asma sejak 13 bulan.
3. Baby terdiagnosa bronkopneumonia dan asma
4. Pemilihan obat yang aman bagi balita

A. Plan
1. Non Farmakologi
Dilakukan pencegahan :
a. Hindari pemakaian selimut atau baju yang berbulu
b. Hindari penggunaan tempat tidur berbahan kapuk
c. Hindari pemberian bedak pada wajah terlalu banyak

2. Farmakologi
a. Untuk pengobatan asmanya
Ventolin inhaler
Komposisi : salbutamol sulfate
Pemakaian : 1x puff saat serangan
d. Untuk pengobatan bronkopneumonia
Ampi
Komposisi : ampisillin trihydrate
Dosis : <2th 62,5mg diberikan 4x sehari
e. Untuk pengobatan yang lain
Batuk dan demam : Paratusin syr
Komposisi : per 5 ml sirup noscapine 10 mg, chlorpeniramine maleate 2 mg, gliceryl guayacolate 25 mg, paracetamol 125 mg, succusliq 125 mg, pseudoefedrin HCL 7,5 mg
Imdikasi : flu dengan gejala demam, sakit kepala, pilek, bersin, batuk dan pegal linu
Dosis : 1-6 th 2,5-5 ml 3-4 kali/hari,

B. Informasi penggunaan obat
- Konsumsi ampisillin harus sampai habis
- Penggunaan paratusin hanya diperlukan saja bila
- Penggunaan secara inhaler 1x puff pada saat terjadi serangan
- Penggunaan inhaler harus dengan bantuan keluarga terdekat

C. Monitoring terapi
- Pantau suhu badan pasien
- Pantau makanan
- Pantau obat
- Pantau hasil laboratorium
- Pantau komplikasi
- Pantau kondisi kesadaran pasien
- Pantau jumlah leukosit
- Pantau TD



BAB IV
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit.
1. Tata laksana terapi
- Untuk asma diberikan Ventolin inhaler
- Untuk bronkopnemonia diberikan antibiotik yaitu Ampi
- Untuk demam dan batuk diberikan Paratusin sirup
2. Penggunaan obat
- Ventolin inhaler digunakan pada saat serangan saja 1x puff
- Ampi digunakan 4x sehari
- Paratusin sirup 2,5-5ml 3-4xsehari
3. Monitoring terapi
- Pantau suhu badan pasien
- Pantau makanan
- Pantau obat
- Pantau hasil laboratorium
- Pantau komplikasi
- Pantau kondisi kesadaran pasien
- Pantau jumlah leukosit
- Pantau TD

Kasus Infeksi Saluran Kemih

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya kuman didalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. Pada masa neonatus sampai umur 3 bulan, ISK lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki. Pada usia 3 bulan sampai 1 tahun insidens pada laki-laki sama dengan perempuan, sedangkan pada usia sekolah penderita perempuan banding laki-laki adalah 3-4 : 1.

2. Etiologi
E. Coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain adalah klebsiela, interobakter, pseudomonas, steptococcus, dan staphiloccocus.

3. Patogenesis
ISK terjadi melalui cara :
1. Hematogen : biasa terjadi pada bayi sebagai akibat sepsis
2. Perkontinuitatum : pada anak besar dari perineum menjalar secara asedens ke kandung kemih, pemasangan kateter kandung kemih, statis urin karena obstipasi, tumor, kandung kemih neurogenik, dll.

4. Manisfestasi klinik
ISK dapat simtomatik maupun asimtomatik. Pada bayi baru lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan, atau tanda-tanda sepsis. Pada masa bayi gejala sering berupa panas yang tidak jelas penyebabnya, nafsu makan kurang, gangguan pertumbuhan, kadang-kadang diare atua kencing sangat berbau. Pada usia sekolah gejala spesifik makin nyata berupa mengompol, sering kencing, sakit waktu kencing, atau sakit pinggang,
Demam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas, sedangkan gejala ISK bagian bawah biasanya lebih ringan, umumnya berupa diurea, polakisurea atau kencing mengedan, tanpa demam. Pada infeksi kronis atau berulang dapat terjadi tanda-tanda gagal ginjal menahun atau hipertensi serta gangguan pertumbuhan.

5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata laksana terapi infeksi saluran kemih pada anak?
2. Bagaimana cara penggunaan obat infeksi saluran kemih pada anak?
3. Bagaimana cara monitoring terapi infeksi saluran kemih pada anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tata laksana terapi infeksi saluran kemih pada anak
2. Untuk mengetahui penggunaan obat infeksi saluran kemih pada anak
3. Untuk mengetahui monitoring terapi infeksi saluran kemih pada anak


BAB II
URAIAN KASUS

Riwayat penyakit
Seorang anak laki – laki berusia 2 tahun dibawa ke RS dengan keluhan muntah dan nyeri perut. Ibunya mengatakan bahwa 6 bulan yang lalu di terapi dengan Ampisillin karena menderita ISK, tetapi pada saat itu tidak diinvestigasi lebih lanjut. Urin sampel menunjukkan adanya lebih dari 50 sel darah putih/mm3 dan dengan mikroskop terlihat bakteri.

Diagnosa : Infeksi saluran kemih

Pertanyaan :
1. Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya?
3. Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi?



BAB III
PENYELESAIAN KASUS

A. Subyektif
Seorang anak laki – laki berusia 2 tahun dibawa ke RS dengan keluhan muntah dan nyeri perut. Ibunya mengatakan bahwa 6 bulan yang lalu di terapi dengan Ampisillin karena menderita ISK, tetapi pada saat itu tidak diinvestigasi lebih lanjut.

B. Obyektif
Pada hasil pemeriksaan urin sampel menunjukkan adanya lebih dari 50 sel darah putih/mm3 dan dengan mikroskop terlihat bakteri.
Diagnosa : Infeksi Saluran Kemih

C. Assessment
1. Pasien mengeluh muntah →beri obat anti emetik
2. Pasien diterapi dengan ampisillin→masih ditemukannya bakteri pada sampel urin→penggantian obat antibiotik golongan lain

D. Plan
1. Untuk pengobatan simptomatik
Pasien mengeluh muntah dan nyeri perut, maka pengobatan simptomatiknya menggunakan metokloperamid dalam bentuk i.v
Metochloperamid HCL
Indikasi : Gangguan gastrointestinal, mual dan muntah, anoreksia, kembung, ulkus peptikum, dispepsia, epigastralgia, gastroduodenis, dispepsia, endoskopi, dan intubasi
Dosis : < 6 tahun 0,1 mg/kg BB/hari secara iv
2. Untuk pengobatan infeksi saluran kemih
Menggunakan kotrimoksasol. Diberikan obat ini karena pada pengobatan sebelumnya (menggunakan ampisillin) masih ditemukan adanya bakteri pada sampel urin.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, kulit, saluran kemih kelamin, ginjal, GIT, septikemia
Dosis : sirup 5 ml 2X sehari

Informasi penggunaan obat
1. Pada pemakaian kotrimoksasol harus diminum sampai habis.
2. Dalam konsumsi obat perlu bantuan keluarga.
3. Obat kotrimoksasol diberikan sesudah makan.
4. Obat metoklorpramid diberikan ½ jam sebelum makan.

E. Monitoring terapi
1. Pantau muntah
2. Pantau nyeri perut
3. Pantau penggunan obat
4. Pantau hasil laboratorium
5. Pantau jumlah bakteri dalam urin
6. Pantau efek samping obat
7. Pantau kadar obat dalam darah

F. Komunikasi Informasi Edukasi
1. Edukasikan pada pasien untuk banyak mengkonsunsumsi air putih
2. Jangan membiasakan menahan kencing
3. Menjaga kebersihan daerah kelamin
4. Menjaga kebersihan lingkungan, misal air bersih



BAB IV
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa ISK adalah keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya kuman didalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna.
1. Tata laksana terapi
a. Untuk muntah dan nyeri perut diberikan metokloperamid iv
b. Untuk ISK diberikan antibiotik yaitu kotrimoksasol sirup
2. Penggunaan obat
a. Metokloperamid digunakan secara iv
b. Kotrimoksasol digunakan 2x sehari
3. Monitoring terapi
a. Pantau muntah
b. Pantau nyeri perut
c. Pantau penggunan obat
d. Pantau hasil laboratorium
e. Pantau jumlah bakteri dalam urin
f. Pantau efek samping obat
g. Pantau kadar obat dalam darah
4. KIE
a. Edukasikan pada pasien untuk banyak mengkonsunsumsi air putih
b. Jangan membiasakan menahan kencing
c. Menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Menjaga kebersihan lingkungan, misal air bersih



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga jilid II Jakarta : FKUI
Anonim.2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta : FKUI

Kasus Rhinitis Alergi

A. DESKRIPSI KASUS
Hendro, seorang laki – laki umur 21, menderita rhinitis alergi sejak 5 tahun yang lalu. Apabila terpapar udara dingin atau debu ia selalu bersin – bersin . Oleh dokter THT yang merawat, Hendro diberi resep :
- Trifed No. XII S 3 d d 1 tab
- Mucoxol No. XII S 3 d d 1
- Nasonex nasal spray 1 fl S 3 d d 1 dext at sint
- Amoxan No. XII S 4 d d 1
Analisalah kasus dan pola peresepan di atas. Bila ternyata setelah dianalisa ternyata peresepan di atas tidak rasional, berikan usulan dan solusinya.

B. DASAR TEORI
Rhinitis adalah inflamasi pada membran mukosa di hidung (Dipiro, 2006). Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi 2, yaitu rhinitis alergi karena allergen dan rhinitis nonalergi yang disebabkan faktor-faktor pemicu seperti obat(rhinitis medicamentosa), atau karena abnormalitas structural (rhinitis structural). Rhinitis alergi muncul ketika membran mukosa terpapar oleh allergen sehingga memberikan respon yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Respon ini memacu pelepasan mediator inflamasi. Rhinitis alergi dikarakteristik oleh bersin-bersin, hidung berair, nasal kongesti, mata merah, berair, dan gatal. Biasanya rhinitis alergi terjadi pada individu yang sensitif.
Berdasarkan waktunya, rhinitis alergi dapat digolongkan menjadi :
- Rhinitis seasonal yang biasanya muncul pada waktu-waktu tertentu yang sudah dapat diprediksi. Biasanya terjadi pada musim semi. Alergen yang terlibat dapat berupa serbuk sari, atau rerumputan.
- Rhinitis parrenial disebabkan bukan karena musim tertentu. Biasanya disebabkan oleh allergen berupa dust mites, dander binatang, jamur. Rhinitis tipe ini biasanya merupakan gejala kronis. (Dipiro, 2006)
Seseorang dapat mengalami rhinitis kombinasi antara dua jenis tersebut. Masih ada satu lagi jenis rhinitis alergi, yaitu :
- Rhinitis alergi occupational
Rhinitis yang terkait dengan pekerjaan. Paparan allergen didapat di tempat bekerja. Biasanya dialami oleh orang yang bekerja dekat dengan binatang.

Respon Imun
Reaksi alergi di hidung dimediasi oleh respon antigen-antibody, allergen berinteraksi dengan IgE yang terikat sel mast dan basofil. Selama inhalasi, allergen yang dibawa udara memasuki hidung dan diproses oleh limfosit, yang memproduksi antigen spesifik IgE. Pada paparan pertama, biasanya belum terjadi reaksi alergi. Namun pada paparan berikutnya IgE yang berikatan dengan sel mast berinteraksi dengan allergen kemudian memacu pelepasan mediator inflamasi. Reaksi ini dapat berlangsung lambat maupun cepat. Mediator inflamasi yang terlibat dapat berupa histamine, lerukotrien, prostaglandin, tryptase, dan kinin. (Dipiro, 2006)

C. ANALISA KASUS
Problem:
- Pasien menderita rhinitis alergi sejak 5 tahun yang lalu
Keluhan  pasien selalu bersin-bersin apabila terpapar udara dingin atau debu.
- DRP:
Pemberian obat tanpa adanya indikasi
a. Pemberian obat amoxan, sedangkan tidak ada indikasi pasien mengalami infeksi
b. Pemberian obat mucoxol, sedangkan tidak ada indikasi terbentuknya dahak
Assessment:
- Trifed (Triprolidine HCl 2,5 mg dan Pseudoefedrine HCl 60 mg)
- Mucoxol (Ambroxol HCl)
- Nasonex nasal spray (Mometasone furoate)
- Amoxan (amoxicillin)
- Lanjutkan penggunaan trifed
Merupakan obat golongan antihistamin yang sudah tepat penggunaannya untuk pengobatan rhinitis alergi karena dapat mencegah kerja dari histamin.
Triprolidine adalah anggota propylamine (alkylamine) kelas kimia antagonis H1-antihistamin. Dengan demikian, itu dianggap relatif kurang menenangkan daripada antihistamin tradisional dari ethanolamine, phenothiazine, dan kelas etilendiamin antihistamin. Triprolidine memiliki paruh lebih pendek dan durasi tindakan dari sebagian besar alkylamine lain antihistamin. Seperti semua antagonis H1-antihistamin, mekanisme tindakan triprolidine dipercaya untuk melibatkan blokade kompetitif reseptor H1-situs yang menghasilkan histamin ketidakmampuan untuk menggabungkan dengan mengerahkan reseptor dan efek yang biasa pada sel sasaran. Antihistamin tidak mengganggu efek histamin apapun yang telah terjadi. Oleh karena itu, agen ini digunakan lebih berhasil dalam pencegahan daripada pengobatan reaksi histamin-induced.
- Lanjutkan penggunaan Nasonex nasal spray
Merupakan obat golongan kortikosteroid yang sudah tepat penggunaannya untuk pengobatan rhinitis alergi karena dapat mencegah terjadinya peradangan.
Mometasone furoate adalah kortikosteroid yang memiliki aktivitas anti inflamasi. Mometasone furoate diperkirakan mengatasi alergi rhinitis atau sinusitis melalui aktivitas hambatannya pada serangkaian luas sel (yakni sel mast, eusinofil, neutrofil, makrofag, dan limfosit) dan mediator (histamine, eicosanoid, leukotrien, dan sitokin) yang terlibat dalam inflamasi yang dimediatori oleh alergen.
Indikasi : profilaksis dan mengobati gejala rhinitis atau sinusitis musiman atau parennial.
- Hentikan penggunaan Mucoxol dan Amoxan
- Strategi pengobatan
a. Hilangkan rhinitis oleh allergen yang menjaga lingkungan bebas.
b. Penutup bantal dan mattresses dengan plastik penutup.
c. Menggunakan bahan-bahan sintetis (ruap mattresses, acrylics) daripada produk binatang (wol, bulu kuda).
d. Meminimalkan debu-mengumpulkan barang-barang rumah tangga (misalnya, karpet, drapes).
e. Menggunakan sebuah alat pembersih udara / filter debu dapat membantu. Bila allergen (s) yang diketahui, terapi desensitization dapat dilakukan, yang melibatkan secara bertahap meningkatkan hubungan ke subdermal diidentifikasi allergens; hasil bervariasi.


Monitoring:
- Pantau efek samping obat
- Pantau penggunaan obat
- Pantau kepatuhan pasien meminum obat
- Toleransi ke substansi perubahan atas hidup, dan emosional stres, virus penyakit, kelelahan, hubungan ke irritants kimia, terlalu keras, atau parah kondisi cuaca dapat meningkatkan reactivity. Menghapuskan hal-hal ini dapat meningkatkan ambang batas, seperti umur (sistem kekebalan yang kurang efisien, sehingga IgE antibodies kurang terlibat dengan menantang allergens).



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Farmakologi Dan Terapi, edisi 5, gaya Baru, Jakarta

Dipiro Joseph T, Barbara G. Wells, Terry L. Schwinghammer, Cyntia W. Hamilton, 2006, Pharmacotherapy Handbook, sixth edition, McGraw – Hill Companies, inc.

Tjay Tan Hoan, Drs & Rahardja Kirana, Drs, 2007, Obat – Obat Penting, edisi VI, cetakan pertama, Elex Media Komputindo kelompok Gramedia, Jakarta.

Tentang Saya


Saya rachmawati biasa dipanggil atik, kadang saya juga menyingkat nama saya atira (atik rachmawati). Saya anak bungsu dari 4 bersaudara. Saya dilahirkan di kota Bangkalan, Madura tanggal 29 oktober 1985 dari pasangan suami istri Sarmo dan Sudira Asmara. Saya lulusan TK Sejahtera 2 Kamal tahun 1992, SDN Banyuajuh 3 Kamal tahun 1998, SLTP Negri 1 Kamal tahun 2001, dan SMF Surabaya tahun 2004. Setelah lulus SMF saya sempat bekerja di apotek Setyorini Surabaya selama 3 bulan dan Apotek Lukas Bangkalan selama 1 tahun 6 bulan. Kemudian saya melanjutkan kuliah, dan saat ini saya masih studi di Stikes Ngudi Waluyo Ungaran program studi farmasi semester akhir.
Semoga studi saya cepet selesai dan saya ingin mewujudkan cita - cita saya yg belum tercapai.

Sabtu, 22 Mei 2010

kasus Diabetes Militus

Bab I
Deskripsi Kasus
WJ, 67 tahun mengeluh pandangannya kabur sejak 3 minggu terakhir. Kemudian dia juga mengeluh sangat letih dan kurang energy, yang akhirnya membatasi aktivitasnya sehari-hari. WJ mulai mengkonsumsi multivitamin 1 minggu yang lalu tapi tidak berpengaruh banyak.

Riwayat Penyakit
Hipertensi 7 tahun
Hiperlipidemia 5 tahun

Riwayat Keluarga
Ayah dan kakeknya menderita DM. Ayahnya meninggal akibat stroke saat usia 62 tahun. Ibunya meninggal karena kanker payudara saat 49 tahun.

Riwayat Pengobatan
Propanolol 80 mg peroral 1x1
MVI peroral 1x1

Vital Sign
TD 149/96 mmHg, Protein 80, RR 18, T 37,2°C, BB 111,5 kg

LAB
Na 141 mEq/L Ca 9,9 mg/dL BUN 24 mEq/L
K 4 mEq/L Phos 3,2 mg/dL ALT 15 IU/L
Cl 96 mEq/L AST 21 IU/L SCr 1,6 mEq/dL
T. Chol 285 mg/dL Random glu 260 mg/dL

Alergi
Codein (Gatal, Sakit Kepala)
Penicillin (Gatal)


BAB II
PENDAHULUAN

A. Pengertian diabetes mellitus
1. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
2. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
3. Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
4. Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

B. Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.


BAB III
PENYELESAIAN KASUS

A. Subyektive
1. Pandangannya kabur sejak 3 minggu terakhir, sangat letih dan kurang energy → yang akhirnya membatasi aktivitasnya sehari-hari.
2. Mengkonsumsi multivitamin 1 minggu yang lalu tapi tidak berpengaruh banyak.

B. Obyektive
1. Riwayat Penyakit :
a. Hipertensi 7 tahun
b. Hiperlipidemia 5 tahun
2. Riwayat Keluarga
Ayah dan kakeknya menderita DM. Ayahnya meninggal akibat stroke saat usia 62 tahun. Ibunya meninggal karena kanker payudara saat 49 tahun.
3. Riwayat Pengobatan
a. Propanolol 80 mg peroral 1x1
b. MVI peroral 1x1
4. Vital Sign
Data Fisik Hasil Normal
TD 149/96 mmHg 120/90 mmHg
Puls (Nadi) 80 60-100
RR 18 16-24 X/ menit
Temperature 37,2°C 37,8°C
BB 111,5 kg

5. Data Lab
Data Lab Hasil Normal
Na 141 mEq/L 135-145 mEq/L
K 4 mEq/L 3,5-5,0 mEq/L
CL 96 mEq/L 95-101 mEq/L
BUN 24 mEq/L 5-25 mEq/L
SCr 1,6 mEq/dL 0,5-0,9 mEq/L
Ca 9,9 mg/dL 6,6-10,3 mg/dL
Data Lab Hasil Normal
Phos 3,2 mg/dL 2,8-4,2 mg/dL
AST 21 IU/L < 35 IU/L
ALT 15 IU/L < 35 IU/L
T. Chol 285 mg/dL < 200 mg/dL
Random Glu 260 mg/dL 60-110 mg/dL

6. Alergi
a. Codein (Gatal, Sakit Kepala)
b. Penicillin (Gatal)

C. Assesment
1. Pasien mengeluh pandangan kabur, sangan letih dan kuarng energy dan pasien hanya mengkonsumsi multivitamin tetapi kondisi tidak membaik.
2. Berdasarkan hasil lab, pasien menderita diabetes, hipertensi, hiperlipid.
3. Pemilihan obat untuk diabetes dipilih obat yang tidak memperparah penyakit lain.
4. Pemilihan obat hipertensi dipilih obat yang sesuai dengan kondisi pasien (Diabetes dan Hiperlipid).
5. Pemilihan obat untuk hiperlipid dipilih obat dengan caara kerja menurunkan trigliserida.

D. Plan
1. Terapi non farmakologi :
a. Diet makanan yang berlemak, tinggi gula, tinggi garam,
b. Olah raga teratur

2. Terapi farmakologi :
a. Obat Diabetes → Metformin Hcl Ogb Dexa
Obat tersebut dipilih karena pasien menderita DM tipe 2 dengan kondisi pasien yang obesitas.
Mekanisme Kerja → meningkatkan sensitivitas insulin di hepar dan otot sehingga memungkinkan glukosa untuk masuk.

Komposisi :Metformin HCl
Indikasi :Terapi awal untuk diabetes onset dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau gagal diatasi dengan diet.
Dosis :Awal→ 500 mg 3x1hari atau 850 mg 1x1hari.
Pemeliharaan 850 mg 2x1hari maximal 3 gr sehari.
KI :Koma diabeticum, ketoasidosis, gagal jantung, infark miokard.
Efek samping :Asidosis laktat.
Harga :Tab 500 mgx10x10 (Rp 11,128,00).
Tab 850 mgx10x10 (Rp 18,284,00).
Produsen : Dexa Medica

b. Obat Hipertensi → Cardura
Propanolol dihentikan secara perlahan-lahan dan diganti dengan (Cardura) doxazosin.
Mekanisme Kerja → menghambat adrenoreseptor α1→α1 bloker menghambat reseptor α1 dipembuluh darah terhadap vasokonstriksi NE dan epineorin sehingga menyebabkan dilatasi arteriol dan vena → resistensi periver turun.
Komposisi : doksasosin mesylate
Indikasi : hipertensi
Dosis : 1-16 mg/hari. DL 2-4 mg/ hari
ES : pusing, sakit kepala, mual, rhinitis.
Harga : Tab 1 mgx5x10 (Rp 277,795,00)
2 mgx5x10 (Rp 475,440,00)
Produsen : Pfizer

c. Obat Hiperlipidemia → Lipira
Mekanisme kerja → meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga katabolisme lipoprotein kaya TG seperti VLDL dan IDL meningkat → LDL turun
Komposisi :gemfibrozil
Indikasi :pengobatan hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, hipertrigliseridemia atau fredicson IIa, IIb, III, dan I, dislipidemia berhubungan dengan DM, xanthoma berhubungan dengan dislipidemia.
Dosis : 900-1500 mg/hr terbagi dalam 2 dosis
KI :disfungsi ginjal dan hati, penyakit saluran empedu, atau batu empedu, hamil dan laktasi
IO :antikoagulan
Harga :kaps 300 mgX60 (Rp 110,000,00)
kaps salut selaput 600 mgX30 (Rp 98,000,00)
Produsen :Combiphar.

d. Multivitamin
1. Neurodex
Komposisi :Vit B1 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12 250 mcg
Indikasi :gejala neurotropik karena defisisensi vitamin, gangguan neurologic, mual dan muntah pada kehamilan, anemia, roboransia untuk kejang, lesu dan lanjut usia.
Dosis :dewasa 1 drag 2-3 X/hari
Harga :drag 200 (Rp 59,375,00)
Produsen :Dexa Medica

2. Biovision
Komposisi :ekstra bilberry, betakaroten, vit C, vit B12,
Indikasi :makanan tambahan bermanfaat dalam membantu menghilangkan kelelahan mata serta membantu menjaga mata agar tetap sehat.
Dosis :1Xsehari 1 kapsul
Kemasan :dos 30 kapsul, dos 100 kapsul
Produsen :Indofarma


BAB IV
MONITORING

1. Pantau kadar gula darah
2. Pantau berat badan
3. Pantau tekanan darah
4. Pantau kadar obat dalam darah
5. Pantau penggunaan obat
6. Pantau efek samping obat
7. Pantau kepatuhan pasien dalam penggunaan obat
8. pantau aksi obat


BAB V
KIE

1. Jaga pola makan
2. Lakukan olahraga secara rutin, misalnya senam dll
3. Hindari stres
4. Bantuan dan dukungan dari pihak keluarga mempercepat proses pemulihan
5. Sering bertukar pikiran dan konsultasi tentang penyakit yang diderita pada ahlinya, misalnya dokter atau tenaga medis lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Jakarta: DEPKES RI
Anonim, 2000. MIMS Indonesia edisi VII, Jakarta: CMPMedica
ISFI, 2005, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Jakarta : AKA
Lacy. Charles F dkk, 2008, Drug Informasion Handbook edisi XVII vol I, Amerika: APhA
Mansjoer.Arif dkk, 2001, Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, Jakarta: FKUI
Tjay Tan Hoan Drs & Rahardja Kirana Drs, 2002, Obat-Obat Penting. Jakarta: Elek Media Komputindo
Anonim, 2009, Portal Kesehatan Indonesia & Konsultasi Kesehatan Gratis, www.dokteronline.co.nr
Harnawatiaj, 2008, ASKEP DIABETES MELITUS, www.wordpres.com posted on April 16, 2008